Kisah berikut, jangan dipandang dari memihak kepada siapa, atau kisah dari kitab agama apa. Tapi lihat dan bacalah dari sisi baiknya, petik sisi positifnya. Sisi dimana kita harus membolak-balikan pikiran. Berikut kisah yang sangat inspiratif bagi kamu yang merasa “kecil”.
3.000 tahun yang lalu tanah Palestina, ada sebuah lembah yang sangat indah, namanya Lembah Elah. Lembah ini membagi area menjadi dua. Dari Crete di selatan, datanglah bangsa Phillistine yang jago perang ingin menyerbu ke arah Israel. Bila mampu menerjang lewat Lembah Elah dan masuk ke pegunungan, mereka akan berhasil mengacaukan dan membelah Israel.
Raja Saul, raja Israel saat itu, mendengar kabar tersebut dan langsung membawa serdadunya untuk menahan serangan lawan. Sampailah kedua pihak serdadu pada kedua sisi berseberangan. Orang-orang Phillistine dari selatan tidak berani menerjang ke utara dan sebaliknya serdadu Saul juga tidak bisa menyerang ke selatan. Karena, siapa pun yang menyerang lebih dulu harus melewati lembah dan akan mudah dipukul hancur oleh pihak lawan.
Untuk waktu yang lama, kedua pihak bertahan, sampai akhirnya diputuskan sebuah pertarungan satu lawan satu untuk menentukan siapa pemenangnya. Ini sebuah tradisi perang terhormat masa itu untuk menghindari pertumpahan darah yang luar biasa, atau ketika terjadi deadlock. Pihak Phillistine mengirimkan pahlawan perang mereka yang paling hebat, Goliath. Raksasa terhebat ini dalam setiap peperangan selalu menang. Goliath turun dengan pakaian perang dari besi, helm besi, dan tiga senjata perang terbesar, diantar oleh pengawal yang membawakan perisai.
Tecengang karena keperkasaan Goliath, tidak ada satu pun orang Israel yang berani melawannya. Sampai akhirnya seorang gembala, David, menghadap Raja Saul untuk mewakili Israel melawan Goliath. Katanya, “Biarkan saya melawannya. Saya terbiasa melindungi hewan-hewan saya serta membunuh serigala dan macan yang ingin memangsanya.” Karena tidak ada pilihan, raja mengizinkannya. Raja menawarkan baju perang dan pedangnya. Namun kata David ”Terima kasih, tetapi saya tidak pernah memakai itu.” David pun berangkat dengan membawa lima batu dan satu slinger (semacam ketapel yang cara penggunaannya diputar-putar terlebih dulu seperti bandul).
Goliath merasa terhina dan berkata, “Datanglah kemari, akan kucincang dan kuberi dagingmu kepada burung-burung surga dan binatang buas hutan ini.” Dan ketika melihat David mendekat, Goliath berseru, “Apakah kau kira aku anjing, sehingga kau membawa tongkat-tongkat pengusir?”
David memutar slinger-nya, lalu “menembakkan” batu cadas yang sangat keras itu tepat di dahi Goliath di tengah kedua matanya. Goliath pun langsung rubuh, jatuh. David mengambil pedang Goliath dan dipenggalnya kepalanya, sehingga semua norang Phillistine yang kalah melarikan diri tecerai-berai.
Slinger atau ketapel yang dibawa David bukalah ketapel mainan dengan karet dan kayu berbentuk V, melainakan senjata yang pada zaman itu sering dipakai dalam perang. Kehebatan dan ketepatannya tercatat dalam banyak sejarah sebagai salah satu senjata menembak jauh seampuh panah. Ketapel itu adalah dua tali yang tengahnya ada kulit di mana batu diputarkan dengan kecepatan sampai enam putaran per detik, dan dilepas satu tali sehingga batu akan meluncur dengan kekuatan yang sama dengan pistol 45mm. Dan bila mengenai kepala musuh, bisa menembus dengan instan.
Goliath adalah raksasa besar yang tentu kuat sekali dan mampu perang dalam jarak dekat dengan menggunakan senjata besar. Riset menunjukan, hampir setiap raksasa selalu mempunyai kelemahan mata yang kabur dan gerak yang lamban, sehingga dia harus diantar pembantu ke arena supaya tidak menabrak kiri-kanan. Dia mengira David akan datang dan berperang jarak dekat saling menghantam dengan parang atau pedang dan tombak.
Ketika David memakai slinger sambil lari mendekatinya, tidak ada keraguan lagi bahwa David pastilah mampu mengalahkan Goliath yang berbaju besi, bersenjata berat dan bergerak lamban itu. Malcolm Gladwell mengatakan bahwa sebelum bertempur pun, dengan jelas terlihat David akan menang mutlak. Jadi, ini bukan sebuah kebetulan, tetapi sebuah hal yang sudah dapat dipastikan. Karena, pertempuran yang terjadi bukan pertempuran jarak dekat seperti yang diharapkan Goliath. Jadi, pertarungan ini di luar perhitungan Goliath atau banyak orang lain.
Dalam bisnis, ternyata sering yang lebih kecil selalu dapat menang bilamana tahu bagaimana cara bertempurnya. Bagaimana bisa menggunakan cara yang justru menguntungkan si kecil, karena bermain di luar pola permainan si raksasa. Raksasa kuat hanya dalam hal tertentu, dia hebat di satu lini saja, tetapi dalam permainan lain raksasa justru akan lemah karena kehebatan itu hanya ada pada beberapa hal.
3.000 tahun yang lalu tanah Palestina, ada sebuah lembah yang sangat indah, namanya Lembah Elah. Lembah ini membagi area menjadi dua. Dari Crete di selatan, datanglah bangsa Phillistine yang jago perang ingin menyerbu ke arah Israel. Bila mampu menerjang lewat Lembah Elah dan masuk ke pegunungan, mereka akan berhasil mengacaukan dan membelah Israel.
Raja Saul, raja Israel saat itu, mendengar kabar tersebut dan langsung membawa serdadunya untuk menahan serangan lawan. Sampailah kedua pihak serdadu pada kedua sisi berseberangan. Orang-orang Phillistine dari selatan tidak berani menerjang ke utara dan sebaliknya serdadu Saul juga tidak bisa menyerang ke selatan. Karena, siapa pun yang menyerang lebih dulu harus melewati lembah dan akan mudah dipukul hancur oleh pihak lawan.
Untuk waktu yang lama, kedua pihak bertahan, sampai akhirnya diputuskan sebuah pertarungan satu lawan satu untuk menentukan siapa pemenangnya. Ini sebuah tradisi perang terhormat masa itu untuk menghindari pertumpahan darah yang luar biasa, atau ketika terjadi deadlock. Pihak Phillistine mengirimkan pahlawan perang mereka yang paling hebat, Goliath. Raksasa terhebat ini dalam setiap peperangan selalu menang. Goliath turun dengan pakaian perang dari besi, helm besi, dan tiga senjata perang terbesar, diantar oleh pengawal yang membawakan perisai.
Tecengang karena keperkasaan Goliath, tidak ada satu pun orang Israel yang berani melawannya. Sampai akhirnya seorang gembala, David, menghadap Raja Saul untuk mewakili Israel melawan Goliath. Katanya, “Biarkan saya melawannya. Saya terbiasa melindungi hewan-hewan saya serta membunuh serigala dan macan yang ingin memangsanya.” Karena tidak ada pilihan, raja mengizinkannya. Raja menawarkan baju perang dan pedangnya. Namun kata David ”Terima kasih, tetapi saya tidak pernah memakai itu.” David pun berangkat dengan membawa lima batu dan satu slinger (semacam ketapel yang cara penggunaannya diputar-putar terlebih dulu seperti bandul).
Goliath merasa terhina dan berkata, “Datanglah kemari, akan kucincang dan kuberi dagingmu kepada burung-burung surga dan binatang buas hutan ini.” Dan ketika melihat David mendekat, Goliath berseru, “Apakah kau kira aku anjing, sehingga kau membawa tongkat-tongkat pengusir?”
David memutar slinger-nya, lalu “menembakkan” batu cadas yang sangat keras itu tepat di dahi Goliath di tengah kedua matanya. Goliath pun langsung rubuh, jatuh. David mengambil pedang Goliath dan dipenggalnya kepalanya, sehingga semua norang Phillistine yang kalah melarikan diri tecerai-berai.
Slinger atau ketapel yang dibawa David bukalah ketapel mainan dengan karet dan kayu berbentuk V, melainakan senjata yang pada zaman itu sering dipakai dalam perang. Kehebatan dan ketepatannya tercatat dalam banyak sejarah sebagai salah satu senjata menembak jauh seampuh panah. Ketapel itu adalah dua tali yang tengahnya ada kulit di mana batu diputarkan dengan kecepatan sampai enam putaran per detik, dan dilepas satu tali sehingga batu akan meluncur dengan kekuatan yang sama dengan pistol 45mm. Dan bila mengenai kepala musuh, bisa menembus dengan instan.
Goliath adalah raksasa besar yang tentu kuat sekali dan mampu perang dalam jarak dekat dengan menggunakan senjata besar. Riset menunjukan, hampir setiap raksasa selalu mempunyai kelemahan mata yang kabur dan gerak yang lamban, sehingga dia harus diantar pembantu ke arena supaya tidak menabrak kiri-kanan. Dia mengira David akan datang dan berperang jarak dekat saling menghantam dengan parang atau pedang dan tombak.
Ketika David memakai slinger sambil lari mendekatinya, tidak ada keraguan lagi bahwa David pastilah mampu mengalahkan Goliath yang berbaju besi, bersenjata berat dan bergerak lamban itu. Malcolm Gladwell mengatakan bahwa sebelum bertempur pun, dengan jelas terlihat David akan menang mutlak. Jadi, ini bukan sebuah kebetulan, tetapi sebuah hal yang sudah dapat dipastikan. Karena, pertempuran yang terjadi bukan pertempuran jarak dekat seperti yang diharapkan Goliath. Jadi, pertarungan ini di luar perhitungan Goliath atau banyak orang lain.
Dalam bisnis, ternyata sering yang lebih kecil selalu dapat menang bilamana tahu bagaimana cara bertempurnya. Bagaimana bisa menggunakan cara yang justru menguntungkan si kecil, karena bermain di luar pola permainan si raksasa. Raksasa kuat hanya dalam hal tertentu, dia hebat di satu lini saja, tetapi dalam permainan lain raksasa justru akan lemah karena kehebatan itu hanya ada pada beberapa hal.
Buku ini penuh berisi cerita yang sangat menarik dan mencengangkan, serta memberi pemahaman baru yang berbeda. Bila ada persaingan si kecil dan si raksasa, yang kecil justru lebih mungkin menang, asalkan dia bersaing dengan cara yang berbeda dan memanfaatkan kelemahan justru dapat berubah menjadi manfaat dan keunggulan, asalkan dilakukan dengan tepat, baik dan benar.
Sumber: SWA Magazine, telah di edit dan dipotong sesuai kebutuhan.